Setiap manusia punya angan-angan. Punya apa yang dikatagorikan cita-cita, yang dalam bahasa hadist disebut: hammin. Ingin ini, ingin itu. Dan di antaranya ada yang tengah berjuang mewujudkannya. Malah, sebagian ada yang tergantung dengan angan-angannya itu. Misal, saya akan banyak sedekah, nanti kalau saya kaya. Saya akan rajin ibadah kalau udah punya kendaraan. Punya rumah. Punya istri. Saya akan rajin amar ma’ruf setelah pinter. Umumnya, kita setting cita yang baik-baik, agar Allah mendengar dan segera membantu mewujudkannya. Itu prasangka baik kita. Tak jarang, diembel-embeli kepahaman nasrum – minalloh : intanshurulloh yanshurkum. Rupanya penyakit ini ada sejak dulu. Jadi kalau kita melakukannya, itu tidak aneh. Namun jangan keterusan.
Simaklah hadist berikut;
Dari Abu Dzarr r.a., sesungguhnya beberapa orang dari sahabat-sahabat Rasululloh SAW, mereka berkata kepada Nabi SAW, ‘Ya Rasululloh, orang-orang kaya pergi dengan membawa pahala yang banyak. Mereka mengerjakan sholat sebagaimana kami mengerjakan sholat dan juga berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka.’ Nabi SAW kemudian bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan sesuatu yang dapat kalian sedekahkan? Sesungguhnya, setiap bacan tasbih itu adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, memerintahkan yang ma;ruf adalah sedekah, mencegah kemungkaran adalah sedekah, dan pada persetubuhan yang dilakukan oleh salah satu kalian(yang telah menikah) adalah sedekah.” Mereka lantas bertanya, ‘Ya Rasululloh, apakah salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya lantas dia memperoleh pahala darinya? Beliau menjawab, “Bagaimana pendapatmu jika dia menempatkannya pada sesuatu yang haram? Bukankah dia akan berdoa? Demikian juga jika dia meletakkan pada sesuatu yang halal maka dia akan mendapatkan pahala.” (Rowahu Muslim)
Hadist ini menunjukkan kepada kita, bahwa setiap diri, baik kaya maupun miskin, bisa beramal yang pool menyamai yang lain. Setiap diri dikarunia Allah rohmat, untuk meraih derajat yang tinggi. Setiap insan diberi jalan untuk meraih polnya kebahagiaan. Tidak perlu menunggu. Menjadi kaya untuk bisa beramal lebih. Ataukah iri menjadi miskin, yang nanti masuk surga 500 tahun duluan dari yang kaya? Allah Maha Adil. Kita sungguh harus mengetahui. Kuncinya adalah satu -jangan menunda-nunda dalam beramal. Lakukanlah apa yang kita bisa sesuai kondisi yang ada. Saat ini! Do your best. Masalah hanya satu. Kebanyakan kita malas menggali dan mengenali potensi diri. Apalagi mengembangkannya. Kita sudah terobsesi budaya instant. Padahal pengatur - pengurus sudah menashihati agar setiap diri hendaknya punya amalan andalan. Sudahkan kita dapati?
JKH. - Fami
Hadist ini menunjukkan kepada kita, bahwa setiap diri, baik kaya maupun miskin, bisa beramal yang pool menyamai yang lain. Setiap diri dikarunia Allah rohmat, untuk meraih derajat yang tinggi. Setiap insan diberi jalan untuk meraih polnya kebahagiaan. Tidak perlu menunggu. Menjadi kaya untuk bisa beramal lebih. Ataukah iri menjadi miskin, yang nanti masuk surga 500 tahun duluan dari yang kaya? Allah Maha Adil. Kita sungguh harus mengetahui. Kuncinya adalah satu -jangan menunda-nunda dalam beramal. Lakukanlah apa yang kita bisa sesuai kondisi yang ada. Saat ini! Do your best. Masalah hanya satu. Kebanyakan kita malas menggali dan mengenali potensi diri. Apalagi mengembangkannya. Kita sudah terobsesi budaya instant. Padahal pengatur - pengurus sudah menashihati agar setiap diri hendaknya punya amalan andalan. Sudahkan kita dapati?
JKH. - Fami
oleh: Faizunal Abdillah
from : http://www.ldii.or.id/