LDII Kabupaten Tasikmalaya

Ingatkanlah dan Jangan Lupa Untuk Selalu Ingat.

LDII Kabupaten Tasikmalaya

Ingatkanlah dan Jangan Lupa Untuk Selalu Ingat.

LDII Kabupaten Tasikmalaya

Ingatkanlah dan Jangan Lupa Untuk Selalu Ingat.

LDII Kabupaten Tasikmalaya

Ingatkanlah dan Jangan Lupa Untuk Selalu Ingat.

LDII Kabupaten Tasikmalaya

Ingatkanlah dan Jangan Lupa Untuk Selalu Ingat.

Sabtu, 20 Juli 2013

JANGAN MENUNDA-NUNDA

ldii-jangan-menunda-nunda
Setiap manusia punya angan-angan. Punya apa yang dikatagorikan cita-cita, yang dalam bahasa hadist disebut: hammin. Ingin ini, ingin itu. Dan di antaranya ada yang tengah berjuang mewujudkannya. Malah, sebagian ada yang tergantung dengan angan-angannya itu. Misal, saya akan banyak sedekah, nanti kalau saya kaya. Saya akan rajin ibadah kalau udah punya kendaraan. Punya rumah. Punya istri. Saya akan rajin amar ma’ruf setelah pinter. Umumnya, kita setting cita yang baik-baik, agar Allah mendengar dan segera membantu mewujudkannya. Itu prasangka baik kita. Tak jarang, diembel-embeli kepahaman nasrum – minalloh : intanshurulloh yanshurkum.  Rupanya penyakit ini ada sejak dulu. Jadi kalau kita melakukannya, itu tidak aneh. Namun jangan keterusan.
Simaklah hadist berikut;
 Dari Abu Dzarr r.a., sesungguhnya beberapa orang dari sahabat-sahabat Rasululloh SAW, mereka berkata kepada Nabi SAW, ‘Ya Rasululloh, orang-orang kaya pergi dengan membawa pahala yang banyak. Mereka mengerjakan sholat sebagaimana kami mengerjakan sholat dan juga berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka.’ Nabi SAW kemudian bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan sesuatu yang dapat kalian sedekahkan? Sesungguhnya, setiap bacan tasbih itu adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, memerintahkan yang ma;ruf adalah sedekah, mencegah kemungkaran adalah sedekah, dan pada persetubuhan yang dilakukan oleh salah satu kalian(yang telah menikah)  adalah sedekah.” Mereka lantas bertanya, ‘Ya Rasululloh, apakah salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya lantas dia memperoleh pahala darinya? Beliau menjawab, “Bagaimana pendapatmu jika dia menempatkannya pada sesuatu yang haram? Bukankah dia akan berdoa? Demikian juga jika dia meletakkan pada sesuatu yang halal maka dia akan mendapatkan pahala.” (Rowahu Muslim)

Hadist ini menunjukkan kepada kita, bahwa setiap diri, baik kaya maupun miskin, bisa beramal yang pool menyamai yang lain.  Setiap diri dikarunia Allah rohmat, untuk meraih derajat  yang tinggi. Setiap insan diberi jalan untuk meraih polnya kebahagiaan. Tidak perlu menunggu. Menjadi kaya untuk bisa beramal lebih. Ataukah iri menjadi miskin, yang nanti masuk surga 500 tahun duluan dari yang kaya? Allah Maha Adil. Kita sungguh harus mengetahui. Kuncinya adalah satu -jangan menunda-nunda dalam beramal. Lakukanlah apa yang kita bisa sesuai kondisi yang ada. Saat ini! Do your best. Masalah hanya satu. Kebanyakan kita malas menggali dan mengenali potensi diri. Apalagi mengembangkannya. Kita sudah terobsesi budaya instant. Padahal pengatur - pengurus sudah menashihati agar setiap diri hendaknya punya amalan andalan. Sudahkan kita dapati?

JKH. - Fami
 oleh: Faizunal Abdillah
from : http://www.ldii.or.id/

BUDI PEKERTI

ldii-budi-pekerti
Akhir-akhir ini tindakan tanpa tata krama bahkan tindakan di luar susila cenderung menjadi hal yang biasa. Tawuran pelajar, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, perkosaan, pencabulan, pencurian, pembunuhan, penculikan, penjarahan, perampokan, perampasan, penodongan, dan tindakan-tindakan sejenisnya setiap hari menghiasi surat kabar dan televisi.
Pelaku tindakan asusila di atas tidak hanya terbatas pada para remaja, tetapi tidak sedikit kasus-kasus kejahatan semacam itu dilakukan orang tua, bahkan sudah banyak anak-anak di bawah umur yang terlibat dalam kasus-kasus seperti di atas. Kondisi yang demikian mencerminkan lunturnya nilai-nilai luhur budaya bangsa kita. Apabila tidak segera diadakan perbaikan, dapat dibayangkan bagaimana kondisi bangsa kita di tahun-tahun mendatang. Salah satu perbaikan adalah melalui pengajaran budi pekerti terutama pada anak-anak kita.
Kalau pengertian kamus besar bahasa Indonesia istilah budi pekerti diartikan sebagai tingkal laku, perangai, akhlak dan watak. Tingkah laku yang diikuti sebagai umat Islam sebaiknya mencontoh Nabi Muhammad SAW karena Alloh SWT telah berfirman:
"Dan Sesungguhnya Engkau [Nabi Muhammad SAW] Niscaya atas Budi Pekerti Yang Agung" .

Oleh sebab itu sudah sepantasnya kita sebagai orang tua untuk mengajari anak-anak kita budi pekerti nya Nabi Muhammad SAW dari sejak dini, mengajari anak-anak untuk berbudi pekerti luhur diperlukan waktu dan contoh, karena menurut para ahli psikolog katanya anak adalah pencontoh yang ulung, yang kami alami juga begitu anak kami dengan mudah menyanyi dengan gaya artis pujaannya. Oleh karena itu kita sebagai orang tua harus memberi contoh budi pekerti yang luhur. Seperti yang dijelaskan Aisyah mengenai budi pekerti Nabi Muhammad SAW

"Berkata Aisyah tidak ada siapa Nabi Muhammad orang berbuat jelek dan tidak termasuk golongan orang yang berbuat jelek dan tidak marah-marah dalam pasar dan tidak membalas dengan kejelekan pada kejelekan dan akan tetapi memaafkan dan berbuat baik"


Sedangkan reward bagi mukmin yang dapat berbudi pekerti yang luhur, Alloh akan menyamakan derajatnya dengan orang ahli puasa dan ahli sholat sunnah

"Sesungguh nya orang beriman niscaya menjumpai dia karena sebab baiknya budi pekerti derajatnya sama dengan orang ahli puasa dan orang ahli sholat sunnah" (HR. Abu Dawud)
oleh: Arief Budiarto
from : http://www.ldii.or.id/

Mati Bukanlah Akhir Cerita Kehidupan

Cerdasnya orang yang beriman adalah, dia yang mampu mengolah hidupnya yang sesaat, yang sebentar untuk hidup yang panjang. Hidup bukan untuk hidup, tetapi hidup untuk Yang Maha Hidup. Hidup bukan untuk mati, tapi mati itulah untuk hidup. Kita jangan takut mati, jangan mencari mati, jangan lupakan mati, tapi rindukan mati.

Karena mati adalah pintu berjumpa dengan Allah SWT. Mati bukanlah cerita dalam akhir hidup, tapi mati adalah awal cerita sebenarnya, maka sambutlah kematian dengan penuh ketakwaan. Maka dari itu, kita selalu menjaga sunnah Nabi setiap hari.sunnah-sunnah Nabi SAW itu adalah:

Pertama, tahajjud, karena kemuliaan seorang mukmin terletak pada tahajjudnya.

Kedua, membaca Al-Qur’an sebelum terbit matahari. Alangkah baiknya sebelum mata melihat dunia, sebaiknya mata membaca Al-Qur’an terlebih dahulu dengan penuh pemahaman.

Ketiga, jangan tinggalkan masjid terutama di waktu shubuh. Sebelum melangkah kemana pun langkahkan kaki ke masjid, karena masjid merupakan pusat keberkahan, bukan karena panggilan muadzin tetapi panggilan Allah yang mencari orang beriman untuk memakmurkan masjid Allah.

Keempat, jaga shalat dhuha, karena kunci rezeki terletak pada shalat dhuha.

Kelima, jaga sedekah setiap hari. Allah menyukai orang yang suka bersodakoh, dan malaikat Allah selalu mendoakan kepada orang yang bersodakoh setiap hari.

Keenam, jaga wudhu terus menerus, karena Allah menyayangi hamba yang berwudhu. Kata khalifah Ali bin Abu Thalib, “Orang yang selalu berwudhu senantiasa ia akan merasa selalu shalat walau ia sedang tidak shalat, dan dijaga oleh malaikat dengan dua doa, ampuni dosa dan sayangi dia ya Allah”.

Ketujuh, amalkan istighfar setiap saat. Dengan istighfar masalah yang terjadi karena dosa kita akan dijauhkan oleh Allah.

Dzikir adalah bukti syukur kita kepada Allah. Bila kita kurang bersyukur, maka kita kurang berdzikir pula, oleh karena itu setiap waktu harus selalu ada penghayatan dalam melaksanakan ibadah ritual dan ibadah ajaran Islam lainnya. 

sumber :http://wargaldii.com/mati-bukanlah-akhir-cerita-kehidupan.html

KHUSYU'

khusyu'Memasuki dimensi waktu yang disebut tahun, tak terasa sudah berbilang 2012. Bukan saja tubuh ini menua, dunia pun semakin renta. Tak banyak yang berubah. Keinginan – keinginan terus meraja, menitahkan manusia laksana budaknya. Bahkan banyak sanubari tak bermahkota lagi. Hanya berhias rutinitas, berbuih angan kosong dan bergelora ketergesaan semata. Kemrungsung. Tanpa rasa khusyu di dalamnya. Mata masih suka gelojotan, memandang yang bukan haknya. Telinga masih keluyuran, nguping yang tidak semestinya. Mulut masih suka nerocos, ngomongin yang bukan – bukan. Walau cuma omong kosong. Tangan dan kaki masih sok sibuk kesana - kemari ngurusin yang gak karuan.  Dan tubuh masih suka berhura – hura, lahan. Maka, di awal tahun ini ingin rasanya berdandan, berbenah diri. Menata kekhusyu’an agar terpatri di dalam hati.
Jauh sebelumnya, 13 tahun setelah wahyu pertama turun, Allah mengingatkan dengan sebuah pertanyaan yang menyergap, sebagaimana tertulis di dalam Surat Al-Hadid ayat 16. Allah berfirman; "Belumkah tiba saatnya bagi orang-orang yang beriman untuk khusyuk hati mereka mematuhi peringatan dan pengajaran Allah serta mematuhi kebenaran (Al-Quran) yang diturunkan (kepada mereka)? Dan hendaklah mereka tidak menjadi seperti orang- orang yang diberikan al-Kitab sebelum mereka, setelah berlalu waktu yang panjang lantas membuat hati mereka keras, dan banyak di antara mereka adalah orang-orang yang fasik."

Yang menarik kemudian (bagi kita sekarang) adalah pertanyaan kenapa ayat ini diturunkan padahal saat itu masih turun ayat – ayat Allah sebagai ilmu dan penguat keimanan? Jawabnya (lagi –lagi menurut saya) adalah memang ilmu dapat bertambah seiring ayat - ayat yang turun; satu ayat, dua ayat dan seterusnya, namun satu hal yang lekas hilang dari orang iman ialah rasa khusyu'nya kepada Allah SWT. Oleh karena itu di tengah - tengah perjalanan, Allah mengingatkannya agar tidak kebablasan. Di tengah kemenangan – kemenangan yang dibuka laksana membuka kran. Di tengah semakin kuat dan kokohnya orang iman. Allah menskak orang yang mengaku beriman dengan kekhusyu’an ini. Seiring dengan ayat ini, Qatadah ra meriwayatkan dari Syaddad bin Aus ra dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Sesungguhnya yang pertama kali diangkat dari manusia adalah khusyu'." (HR. Thabrani dalam Musnad as-Syamiyin, 2570 . Disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya, 4 /323).

Ath Thabrani dan selainnya meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Yang pertama kali diangkat dari umatku adalah khusyu’, sehingga engkau tidak akan melihat seorang pun yang khusyu’”.
Sahabat Hudzaifah ra menambahkan : “Yang pertama kali hilang dari agama kalian adalah khusyu’, dan yang terakhir kali hilang dari agama kalian adalah shalat. Kadang-kadang seseorang yang shalat tidak ada kebaikannya, dan hampir-hampir engkau masuk masjid tanpa menjumpai di dalamnya seorang pun yang khusyu’”.

Bahkan kemudian sahabat Abu Darda' ra menjelaskan, "Berlindungah kalian kepada Allah dari khusyu'nya orang munafiq!". Maka ada orang yang bertanya, "Apakah yang dimaksud dengan khusyu'nya orang munafiq?". Beliau menjawab, "Yaitu kamu melihat tubuh seseorang tampak khusyu' namun sebenarnya hatinya tidak khusyu'." (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya no. 190 dan al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman no 6713).
Berkaca dari dalil – dalil di atas, saya semakin terpojok. Jangankan khusyu selayaknya khusyu’nya orang iman, khusyu’ kayak orang munafik saja tidak. Di banyak tempat, di banyak waktu, saya belum melihat kekhusyu’an yang nyata pada diri ini. Ini jujur. Kecuali satu, ya satu kesempatan di banyak waktu, walau memalukan. Yaitu ketika ngantuk dan tertidur saat pengajian. Badan terlihat tenang, suasana tampak nyaman dan khusyu’ hadir  melepas kepenatan. Sayangnya, hati pun terbuai dalam rimba kekhusyu’an yang tidak pada tempatnya. Ilmu padi, orang bilang. Sedangkan kalam diangkat karenanya. Lantas dimana kita mencari kekhusyu’an yang hilang itu?

Betapa bahagianya. Petunjuk itu ada di dalam Surat Al-Mu’minun.  Allah SWT berfirman; “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. Yaitu, orang-orang yang khusyu’ dalam sholat mereka” (Al Mu’minun : 1-2).
Ayat ini  berkorelasi erat dengan ayat 2 Surah an-Anfal “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang apabila disebut nama Allah maka gementarlah hati mereka; dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menjadikan mereka bertambah iman, dan kepada Tuhan mereka jualah mereka berserah."

Namun saya lebih memilih ayat yang atas, ketimbang yang bawah. Menurut hemat saya, ayat 2 surat Al-Mu’minun lebih mencukupi, gampang dipraktikkan dan multi fungsi dibanding surat al-Anfal ayat 2. Tak lain karena sholat. Setiap muslim pasti sholat. Minimal 17 kali membaca kalam Allah dalam sholat wajibnya. Belum sholat sunnahnya. Nama dan ayat – ayat Allah selalu dibaca dan disebut setiap rekaatnya. Ada jalan, peluang dan sarana yang tersedia.  Jadi mari kita mulai mengembalikan lagi kekhusyu’an dari sholat ini. Uukhkh,,,!!! Tapi sayang, walau sudah ketemu cloenya, bukan berarti tanpa kendala. Walau begitu harus dicoba. Kenapa tidak?

Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya seseorang selesai (dari shalat) dan tidaklah ditulis (pahala) baginya, kecuali sepersepuluh shalatnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, setengahnya”.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, bahwa Hasan bin ‘Athiah ra berkata: “Sesungguhnya ada dua orang berada dalam satu shalat, akan tetapi perbedaan keutamaan (pahala) antara keduanya bagaikan langit dan bumi”.
Ibnu ‘Abbas ra mengatakan, khusyu’ dalam sholat adalah merasa tenang dalam sholat dan merasa takut (kepada Allah) dalam sholatnya tersebut. (Tafsir Ibnu Katsir, Darut Thayibah, Asy Syamilah).

Syaikh As Sa’diy rahimahullahu menerangkan makna ‘khusyu’ di dalam sholat’, yaitu seseorang menghadirkan hati di hadapan Allah, merasakan dekatnya (ilmu dan pengawasan) Allah, yang dengan semua itu hati bisa merasa tenang, jiwa merasa damai. Hal ini akan terpancar dalam gerakan tubuh yang tenang, tidak lalai dalam sholat, menghayati setiap bacaan yang dibaca dalam sholatnya, dari awal takbir hingga akhir sholat. Semua ini dalam rangka tunduk dan taat kepada Allah. (Lihat Taisir Karimirrahman, Maktabah Ar Rusyd, hal. 547)

Shalat menjadi penyejuk hati, kenikmatan jiwa dan surga hati bagi seorang muslim di dunia ini. Seolah-olah ia senantiasa berada di dalam penjara dan kesempitan, sampai akhirnya masuk ke dalam shalat, sehingga baru bisa beristirahat dari beban dunia dengan shalat. Dia meninggalkan dunia dan kesenangannya di depan pintu masjid, dia meninggalkan di sana harta dunia dan kesibukannya untuk membuka lembaran yang dia sebutkan di dalam hatinya. Masuk masjid dengan hati yang penuh rasa takut karena mengagungkan Allah, mengharapkan pahalaNya.

Abu Bakar ash Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu, apabila sedang dalam keadaan shalat, seolah-olah ia seperti tongkat yang ditancapkan. Apabila mengeraskan bacaannya, isakan tangis menyesaki batang lehernya. Sedangkan ‘Umar al Faruq Radhiyallahu ‘anhu, apabila membaca, orang yang di belakangnya tidak bisa mendengar bacaannya karena tangisannya. Demikian juga ‘Umar bin Abdul Aziz rahimahullah, apabila dalam keadaan shalat, seolah-olah ia seperti tongkat kayu. Sedangkan ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, apabila datang waktu shalat, bergetarlah ia dan berubah wajahnya. Tatkala ditanya, dia menjawab: “Sungguh sekarang ini adalah waktu amanah yang Allah tawarkan kepada langit, bumi dan gunung, mereka enggan untuk memikulnya dan takut dengan amanah ini, akan tetapi aku memikulnya”.

Kita belum sampai di sana. Kita berusaha ke arah sana. Di waktu yang baru, putaran kehidupan yang baru, ini starting point kita. Semua bisa dipelajari, ditekuni dan dihayati sesuai kemampuan kita. Kalau tak bisa, bertanya kepada ahlinya. Tak tahu, berguru. Tak kuat, harus bersatu. Tak ada kata menyerah. Tak ada putus asa. Yang ada berakit – rakit ke hulu. Sedikit demi sedikit, lama – lama menjadi bukit. Kekhusyu’an memang barang langka, di tengah jaman yang berkelindan. Harus dipilin satu per satu. Helai per helai. Dengan kesadaran penuh. Dengan kesabaran yang tangguh. Hingga berhasil meraihnya. Di sisi lain, di samping kanan saya, tatkala sholat berjamaah didirikan, selalu saja anak lelaki saya berpesan; “Yang cepat pak sholatnya!” Ketika bacaan agak panjang, selalu dia menyundul – nyundul ketiak saya mengisyaratkan jangan panjang – panjang. Jika ruku’ dan sujudnya agak lamaan dikit, dia protes dan berbisik; “Cepetan!” Tak peduli aturan dan syariatnya. Kadang malah mendahului sujud, sebagai bentuk protesnya. Nah, kita yang dewasa butuh lebih dari itu semua. Atau masih seperti itu?

Perkara khusyu’ merupakan perkara yang berat, membutuhkan usaha dan jerih - payah nyata. Setidaknya, seiring usaha meraih kembali hal itu jangan lupa untuk selalu berdoa dan memperbanyak doa berikut: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah merasa puas (kenyang), dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan dari doa yang tidak terkabul, dan aku berlindung kepadaMu dari demikian itu empat hal.” (Hadits riwayat Ahmad, Tirmidzi, dan An Nasa’i).
Mari terus mencoba, Kawan!
Oleh : Faizunal Abdillah
from : http://www.ldii.or.id/

Amalan Yang Memudahkan Datangnya Rejeki

amalan mendatangkan rejeki
Akhir – akhir ini saya menjumpai di beberapa majelis ta’lim, pigura berukuran besar dengan judul di atas. Ada perasaan curious melihatnya. Bukan karena bentuknya yang bagus, rapi, terstruktur dan eye catching, tetapi kepada jumlahnya. Kenapa hanya 9 yang ditulis, kalau nyatanya lebih dari itu. Mungkin orang sering terhipnotis dengan 9, sebagai angka keberuntungan, hokie atau sebagai angka terbesar dalam pengetahuan manusia. Tapi bagaimanapun, sebagai bentuk kreatifitas dan dalam rangka saling bernasehat, hal ini perlu diacungi dua jempol: like this. Berikut saya tambahkan yang mungkin bisa menjadi referensi yang lebih bermanfaat dan berdaya guna.
1.      Memperbanyak istighfar.

Berdasarkan sabda dari Rosulullah SAW dalam hadist riwayat Ahmad yang artinya "Barang siapa yang memperbanyak membaca istighfar, maka Allah akan menjadikan segala kesusahan, menjadi kemudahan dan dari segala kesempitan Allah menjadikan jalan keluar dan Allah akan memberi rezeki untuknya dari yang dia sangka maupun yang tidak dia sangka".

Rosulullah SAW bersabda; “Sesungguhnya rajul dicegah rezekinya, sebab dosa yang dikerjakannya.” (HR. Muslim) Sabda Rasulullahi SAW dalam Hadist Sunan Ibnu Majah yang artinya : "Sesungguhnya seorang laki-laki akan dihalang-halangi rezekinya sebab kesalahan (dosa) yang telah ia kerjakan".

2.      Memperbanyak Infaq Fiisabilillah.

Allah berfirman dalam Alqur'an Surat Al-Baqoroh ayat 261 yang artinya "Perumpamaan orang-orang yang menginfaqkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui".

Dan juga Allah berfirman dalam Hadist Qudsi yang artinya "Allah yang Maha Mulya dan Maha Agung berfirman : infaqlah kalian maka Aku akan memberi nafkah untuk kalian". (HR.Bukhori).

3.      Memperbanyak Shilaturrahim (Menyambung Famili).

Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat An-Nisaa ayat 1, yang artinya "Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrohim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu".
Sabda Rasululloh SAW dalam Hadist Bukhori yang artinya "Barang siapa yang ingin diluaskan dalam rezekinya dan ingin di panjangkan dalam umurnya maka supaya menyambung famili".

4.      Senang menghormati tamu.

Berdasarkan sabda Rasulullah SAW dalam Hadist Riwayat Abu Syaikh yang artinya "Tamu datang dengan membawa rezekinya dan dia pergi dengan menghilangkan dosa kaum, dan Allah menghapus dari dosanya dan juga dosa-dosa kaum". Berdasarkan hadist ini, siapapun yang menjadi tamu harus dihormati jangan disia-siakan, sebab jika menyia-nyiakan tamu maka akan mendapat ancaman.

Juga sabda Rasulullah SAW; “Tamu datang pada kalian dengan membawa rezeki.” (HR. Muslim)

5.      Berusaha menjadi orang yang jujur dan amanat.
Rosulullah SAW dalam hadist riwayat ad-Dailami, bersabda "Amanah bisa menarik rezeki (mendatangkan) pada rezeki sedangkan khianat dapat menarik (mendatangkan) kemlaratan".

6.      Meningkatkan taqwa kepada Allah.

Firman Allah dalam Al Qur'an Surat At Tholaq ayat 2-4, yang artinya: "Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan memberi baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak di sangka-sangka.... Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan memudahkan di dalam semua perkara orang tersebut".

7.      Memperbanyak tawakal kepada Allah.

Sesuai dengan firman Allah dalam Surat At Thoolaq ayat 3 , yang artinya : "...Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya....".Dan sesuai dengan sabda Rasulullahi SAW dalam Hadist Sunan Ibnu Majah, yang artinya : "Nabi Bersabda : seandainya kalian tawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal kepada Allah, niscaya Allah akan memberi rezeki pada kalian sebagaimana Allah memberi rezeki pada burung , ketika pagi burung dalam keadaan lapar namun ketika sore burung dalam keadaan kenyang".

8.      Selalu berprasangka baik kepada Allah (Husnudhon Billaah).

Berprasangka baik merupakan perintah dari Allah dan Rosul, ternyata mendatangkan rezeki dari Allah. Berprasangka yang baik merupakan inti dan sebaik-baiknya ibadah kepada Allah, sesuai sabda Rosulullahi SAW dalam Hadist Riwayat At Tirmidzi; “Sesungguhnya baiknya persangkaan kepada Allah termasuk sebaik-baiknya ibadah kepada Allah".

9.      Menertibkan Sholat Tahajud dan Berdoa 1/3 malam yang akhir.

Seperti yang dijelaskan dalam Hadist Bukhori, yang artinya : "Rosulullah SAW bersabda : Allah yang Maha Barokah dan Maha Luhur setiap malam turun ke langit dunia, ketika tepat pada waktu 1/3 malam yang akhir sambil berfirman : Barang siapa yang berdoa padaKu akan Aku kabulkan, barang siapa yang minta padaKu akan Aku beri dan barang siapa yang minta ampun padaKu akan Aku ampuni".

10.  Menertibkan membaca Surat Al-Waqiah.

Sabda Rasulllah SAW yang bermaksud: "Barangsiapa yang membaca surah al-Waqiah setiap malam, maka tidak akan tertimpa kesulitan selamanya " (Riwayat Ibn Mas‘ud: al-Azkar, al-Jami al-Soghir)

“Ajarkanlah surah Al-Waqi’ah kepada isteri-isterimu. Karena sesungguhnya ia adalah surah Kekayaan.” (Hadis riwayat Ibnu Ady)

11.  Merutinkan sholat dhuha (terutama 4 rekaatnya)

Rosululloh bersabda di dalam Hadits Qudsi, Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat shalat dhuha, karena dengan shalat tersebut, Aku cukupkan kebutuhanmu pada sore harinya.” (HR Hakim & Thabrani)

Hitungan ini bisa bertambah, atau malah berkurang. Yang terpenting adalah bagaimana hal ini bisa menginspirasi kita menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu. Jangan terpaku hanya urusan rezeki saja, maksudnya kekayaan thok. Sebab rezeki itu bermakna luas, bukan sekedar harta dan benda semata.
Oleh : Faizunal
from : http://www.ldii.or.id/

NGAMEN

ngamen
Hari Sabtu dan Minggu adalah harinya tukang ngamen…itulah hari rutin saya di rumah nyiapin duit kecil untuk para pengamen yang datang ke rumah..Tapi dari sekian banyak pengamen yang suka datang,saya perhatikan ada yang serius nyanyi,ada yang tidak serius pastilah….
Yang tidak serius,nyanyi asal asalan,suaranya bikin sakit kuping, pakaiannya juga berantakan, dan gayanya sedikit maksa…bahkan ada yang bergaya Punk..hadeuh…Yang seperti gini biasanya, baru datang, gonjreng2…langsung saya suruh anak laki saya keluar ngasih uang logam,biar cepet pergi, dan biasanya kasih "cepek" juga pergi dengan ngedumel…gak pake terima kasih lagi..
Tapi  ada yang datang dengan rapih,dengan salam, sopan sekali, dan ternyata suaranya gak kalah sama Ariel Peterpan,ato afghan..(hehe..agak lebay ya…)..Tapi biasanya kalau dia datang, saya tunda ngasih duitnya, saya siapin agak besar, bukan logam deh.., sampai lagunya selesai.. Selain suara dan lagunya enak, saya dalam hati ingin anak muda itu suatu saat bisa sukses dengan berlatih dan bisa menghargai uang yang diberikan atas jerih payahnya, bukan karena sebel atau belas kasihan. Dan biasanya dia langsung bersyukur dan pergi dengan sopan…. Saya juga seneng..
Tapi lama lama.. anak laki saya nanya,”pah kenapa sich yang baik, juga nyanyinya bagus malah ditunggu lagunya selesai,kan kasian jadi nunggu dianya..”Tapi kan papa ngasih agak besar.., biarin dia nunggu juga, dia dapat dari hasil kerjanya.””Iya sich…tapi kasian aja.”…Nah..kesempatan ngasih nasehat untuk anak lakiku ini aku pikir…”Nak kamu tau gak, tidak semua keinginan yang langsung diberikan Allah itu berarti Allah cinta pada hamba yang meminta itu, begitu juga keinginan hambanya yang ditunda-tunda atau diganti Allah itu karena Allah benci sama kita…”Gambarannya seperti tukang ngamen yang sering datang tuh….Kalo yang nyeremin dan bikin sebel kan langsung kita kasih, kita ngasih kan bukan karena seneng, tapi biar cepet pergi…Tapi kalau yang datang baik,sopan dan lagu serta suaranya enak didengar, kita tunda sampai lagu selesai, tapi kita kasih agak besar..”….”Jadi Maksudnya…??”
Saya tertawa.“Bisa saja ALLAH juga berlaku begitu pada kita, para hambaNya. JIka ada manusia yang fasik, keji, mungkar, banyak dosa, dan dibenciNya berdoa memohon padaNya, mungkin akan Dia firmankan pada malaikat : Cepat berikan apa yang dia minta. Aku risi mendengar pintanya!”“Tapi,Kalau yang menadahkan tangan adalah hamba yang dicintaiNya, yang giat beribadah, yang rajin bersedekah, yang menyempurnakan wajib dan menegakkan yang sunnah; maka mungkin saja ALLAH akan berfirman pada malaikatNya :Tunggu! Tunda dulu apa yang menjadi hajatnya. Sungguh Aku bahagia bila diminta. Dan biarlah hambaKu ini terus meminta, terus berdoa, terus menghiba. Aku menyukai doa-doanya. Aku menyukai kata-kata dan tangis isaknya. Aku menyukai khusyuk dan tunduknya. Aku menyukai puja dan puji yang diucapkannya. Aku tak ingin dia menjauh dariKu setelah mendapat apa yang dia pinta. Aku mencintainya.Jadi jangan kaget,kalau kita rajin ibadah,sepertinya doa kita gak di Kabul Kabul,ditunda atau diganti,yang pasti Allah akan menjawab doa kita…. "
Saat Allah menjawab doamu
Dia meminta imanmu
Saat Allah belum mejawab doamu
Dia meminta kesabaranmu
Saat Allah menjawab tapi bukan doamu
Dia memilihkan yang terbaik untukmu..
Oleh : Irawan Budi
from : http://www.ldii.or.id/

DOMPET (KEMATIAN)

dompet kematianDua orang yang saya kenal dekat, sudah dipanggil oleh Yang Kuasa beberapa minggu  lalu. Kematian memang misteri. Kapan, dimana dan bagaimana datangnya tidak bisa diprediksi. Teman yang satu, masih segar – bugar, walau usia sudah kepala 7. Batuk – batuk, terus duduk di meja makan, tekluk bablas ke alam baqa.  Gak sakit. Gak menderita. Satunya lagi, malamnya masih mengikuti pengajian sampai tuntas. Bangun subuh seperti biasa. Habis dhuhur merasa gak enak badan, terus masuk kamar untuk tidur siang. Ketika dibangunkan untuk ashar sudah tiada. Kematian yang gampang, mudah – mudahan semua husnul khatimah.

Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Luqman 34)

Memahami kematian memang susah – susah mudah. Namun cerita getok – tular berikut, dijamin bisa menjadi pembelajaran dan persiapan kita. Al-Kisah di zaman Nabi Sulaiman, ketika sedang memimpin rapat dengan para punggawa kerajaannya, datanglah Malaikat yang menyerupai manusia ke tempat Nabi Sulaiman dan para sahabatnya berkumpul tersebut. Lalu Malaikat melihat ke salah satu sahabat Nabi Sulaiman sambil memperhatikannya. Setelah itu ia pergi.

Sahabat Nabi Sulaiman yang diperhatikan oleh Malaikat tersebut bertanya,"Wahai Nabi Allah, siapakah gerangan orang asing tersebut, mengapa memperhatikan saya terus dan langsung pergi? "
"Oh, itu Malaikat Izrail, sahabatku," jawab Nabi Sulaiman.
Wajah sahabat Nabi Sulaiman itu langsung berubah ketakutan dan berkata; "Nabi Allah, tolong bawa saya ke puncak Himalaya dengan angin." Lalu Nabi Sulaiman memerintahkan angin untuk membawa sahabatnya tersebut ke Gunung Himalaya.

Tidak lama kemudian Malaikat Izrail datang menemui Nabi Sulaiman, dan Sang Nabi bertanya: "Wahai Malaikat Izrail, mengapa Engkau tadi memperhatikan terus Sahabatku?"
"Pertama saya heran, saya diperintahkan Allah SWT untuk mencabut nyawa Sahabatmu di Gunung Himalaya yang jauh, sedangkan sahabatmu itu kok masih berada di sini.  Tapi ternyata Engkau mengantarkan Sahabatmu ke Gunung Himalaya. Jadi, saya sekarang mengerti perintah Allah SWT."

Allah berfirman: “Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." ( QS Al-Jumu'ah: 8 ).

Lain lagi cerita dari Sragen. Dalam suatu pengajian seorang Kiai berkata; ''Saya mau bercerita tentang siksa kubur. Tapi, saya minta semua diam dan tenang,'' katanya. Senyap. Sekitar 1.000 jemaah kontan tak bercuap. Di saat hening itulah, tiba-tiba terdengar suara tangis seorang wanita. ''Sampeyan dengar? Itulah tangisan siksa kubur,'' kata Kiai. Tangisan perempuan di malam Jumat Legi itu membuat orang terlarut dalam pikiran masing-masing. Siapa yang menangis dan mengapa dia menangis?

''Mari kita cari suara tangisan itu. Kita doakan bersama-sama agar siksa kuburnya diringankan Allah,'' ujar Kiai. Lima orang santri pondok diminta menjadi ''penunjuk jalan'' menelusuri arah tangisan tersebut. Para jamaah mengikuti dari belakang. Suara itu makin lamat-lamat, walau sumbernya jelas: dari sebuah kuburan baru di pinggir desa. Tanah kubur itu belum ditumbuhi rumput. Lalu ramai-ramai mereka jongkok, berdoa, dan terlarut dalam emosi masing-masing. Gemuruh doa itu terdengar hingga meluruhkan tangisan dari dalam kubur. Di atas kubur, justru para peziarah yang menangis. Mungkin trenyuh, mungkin menyesali perbuatan yang lalu.

Di sisi lain, terkait siksa kubur ini Allah mengingatkan: “Diminumnnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati, dan dihadapannya masih ada azab yang berat.” (QS Ibrahim:17)

Dari Cirebon lain lagi. Getok – tular dari Pantura ini sedikit membuat bulu kuduk berdiri. Seorang kerabat jauh sedang takziyah karena kakak kandungnya meninggal. Sebagai salah satu bentuk penghormatan terakhir, maka si teman tersebut ikut prosesi pemakaman sampai selesai. Bahkan dia turun ke liang lahat. Dan kegiatan pun kelar.

Sampai ketika mau balik ke tempat asal, teman tersebut merasa kehilangan sesuatu. Dompet beserta isinya lenyap. Setelah mencari ke sana – kemari tidak ketemu. Bertanya setiap orang, tidak ada yang tahu. Satu – satunya tempat yang belum terjamah, sebagai alibi, tak lain adalah tempat pemakaman saudaranya. Dengan berbagai pertimbangan dan diskusi panjang, akhirnya diputuskan untuk membongkar kuburan. Cangkul dan sekop pun disiapkan.

Dengan sedikit kerja keras dompet beserta isinya kembali didapat. Dan posisi ditemukannya sampai ke dasar lubang kubur. Bahkan sampai membuka papan penutup mayatnya. Karena itulah beberapa mata terbelalak. Ketika menyaksikan jasad si mayat dalam keadaan duduk bersimpuh dengan bersimbah darah di sana - sini. Maka, segera dikembalikan ke posisi semula dan ditutup sebagaimana adanya.

Sering kita mendengar kalimat hikmah, ''Ziarahilah kubur, karena itu akan mengingatkanmu akhirat. Mandikanlah orang yang mati, karena mengurus jasad yang tidak bernyawa merupakan pelajaran yang sangat berharga.''

Mati adalah sebuah keniscayaan. Tak bisa dihindari. Celoteh di atas hanyalah cerita. Yang terpenting, sudah siapkah kita menyambutnya, tatkala dia datang tanpa undangan?
Oleh : Faizunal Abdillah
from : http://www.ldii.or.id/

KENYANG

kenyang
Akhh, rasanya baru kemarin. Ternyata, sudah 19 tahun yang lalu. Bobot tubuh saya bertambah, 10 kg. Dari 63 kg saat menikah, kini menjadi 73 kg. Pertambahan yang signifikan. Sebab menurut BMI (Body Mass Index) sudah masuk kategori obes alias kegemukan. Walau istri saya bilang masih kurus, masih pantes untuk nambah berat badan lagi maksudnya, terus terang saya terobsesi untuk kembali mempunyai bobot ideal di angka 70 kg atau kurang.

Sebenarnya secara keseluruhan kesehatan masih oke punya, tak ada keluhan berarti. Hanya kolesterol yang perlu dikontrol dengan baik dibarengi olah raga yang cukup. Pola dan menu makan yang perlu dirubah sebagai antisipasi kandungan darah dan kontrol berat badan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah kenapa sampai usia kepala empat masih dijajah nafsu makan yang berlebih. Buktinya, BB (berat badan) yang terus meningkat dan nafsu makan yang tiada matinya melihat gelimpah makanan, apalagi kalau itu gratis.

Dalam perjalanan waktu dan dalam kerangka instrospeksi diri, seolah dipermalukan oleh perut yang terus membuncit, badan yang melar dan nafsu yang terumbar, terbersit kesadaran yang mendalam. Semakin hari semakin menguat dalam tekad yang bulat menuju gerakan menyayangi diri.  Menyuguhkan yang dibutuhkan dan memberikan seperlunya untuk memenuhi hak-hak diri. Tak berlebih. Tak kurang. Secukupnya. Sebab dibalik itu semua telah menunggu saatnya beribadah dengan paripurna. Apalagi kalau mengingat sabda Rasulullah SAW. Dari Miqdam bin Ma’dikarib ra. menyatakan pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda; “Tiada memenuhi anak Adam suatu tempat yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah untuk anak Adam itu beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak ada cara lain, maka sepertiga (dari perutnya) untuk makanannya, sepertiga lagi untuk minuman dan sepertiganya lagi untuk bernafas.” (Riwayat At-Tirmidzi dan Al-Hakim)

Jelas walau bukan larangan, sepenuhnya saya tidak bisa mengikuti ajaran mulia di atas. Kadang sudah bersendawa, tanda 1/3 udara di perut sudah setara, masih saja terus nambah dan nambah. Susah menghentikannya. Dan kadang tidak lagi tegak tulang punggung ini sehabis makan. Yang ada justru  kepenuhan dan susah bergerak karena kekenyangan. Dan suka sembelit, sebagai tanda kurang minum, kebanyakan makanan. Walau jenis makanan yang dimakan halal adanya, tapi berhati-hatilah ketika batas proporsional tidak lagi diindahkan. Allah berfirman, ''Makan dan minumlah, tapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak senang terhadap orang yang berlebih-lebihan.'' (QS Ala'raaf [7]: 31).

Dikisahkan Nabi Yahya AS berjumpa iblis yang sedang membawa alat pancing. Bertanya Yahya AS, ''Untuk apa alat pancing itu?'' ''Inilah syahwat untuk mengail anak Adam.'' ''Adakah padaku yang dapat kau kail?'' Iblis menjawab, ''Tidak ada, hanya pernah terjadi pada suatu malam engkau makan agak kenyang hingga kami dapat menggaet engkau sehingga berat untuk mengerjakan shalat.'' Yahya AS terkejut. ''Kalau begitu aku tak akan mau kekenyangan lagi seumur hidupku.''

Kekenyangan membuat tubuh menjadi malas bergerak. Mengerjakan ibadah jadi berat, sehingga mudah bagi iblis membisikkan tipu dayanya. Tidak kekenyangan saja malas beribadah, apalagi kekenyangan. Tidak kekenyangan saja malas bangun malam, apalagi kekenyangan. Pasti bablas. Sebab tanpa kita sadari kekenyangan membuat otak pun menjadi tidur, ditandai serangan kantuk yang menghebat, tubuh jadi gemuk karena berlebihan asupan, dan lemak menumpuk-numpuk karena kurang gerak pembakaran. Itulah kombinasi yang sempurna.

Imam Ghazali dalam Al-Ihya, mengutip ucapan Abu Bakar Shiddiq RA dalam hal ini, ''Sejak aku memeluk Islam, belum pernah aku mengenyangkan perutku karena ingin dapat merasakan manisnya beribadah, dan belum pernah aku kenyang minum karena sangat rindunya aku pada Ilahi.''

Makan sampai kenyang memang diperbolehkan. Hukum asalnya boleh, namun jika keseringan dan akibatnya memudharatkan, maka akan jatuh kepada israf atau berlebih-lebihan. Hadis riwayat Ibnu Umar ra. dari Nabi SAW., beliau bersabda: “Orang kafir itu makan dalam tujuh usus sedangkan orang mukmin makan dalam satu usus.” (Shahih Muslim No.3839)

Dari Abu Hurairah ra, katanya: Ada seorang laki-laki yang biasanya banyak makan. Setelah masuk Islam, makannya sedikit. Hal itu diceritakan orang kepada Rasulullah SAW. Beliau bersabda: “Orang yang beriman makan untuk satu perut. Orang kafir makan untuk tujuh perut." (Shahih Bukhari)

Jelaslah bagi kita sekarang, mengapa atsar-atsar membenci tindakan berlebih-lebihan, dalam hal ini banyak makan bin kekenyangan. Di samping dari sisi kesehatan akibat banyak makan tentu bisa menimbulkan berbagai penyakit, banyak makan memberatkan pula seseorang untuk beribadah.  Apalagi di jaman sekarang ini, makan sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan tujuan kesenangan serta gengsi. Walau banyak di sisi bumi lain orang yang kesulitan makan, di belahan lain kita mendapati sekumpulan orang yang susah menjumpai rasa lapar. Bahkan banyak di antara kita yang tidak mengenal lagi bagaimana indahnya rasa lapar itu. (FA)

from : http://www.ldii.or.id/

Rabu, 05 Juni 2013

Sudahkah Bersyukur Hari Ini??

sudahkah kita bersyukur hari ini??
Alhamdulillah, beberapa jam yang lalu, pesawat yang saya tumpangi mendarat dengan mulus di landasan pacu Bandara Sultan Thaha (Suha). Tak ada guncangan. Padahal, ketika menjejakkan kaki  ke tangga, turun dari pesawat di sambut rintik – rintik hujan. Payung pun tak urung dikenakan.

Alhamdulillah, di dalam pesawat itu, di lajur sebelah, tepatnya seberang bangku saya, seorang penumpang terus-menerus menghitung tasbih melingkari jarinya. Khusyu’ berdzikir. Adem mata ini memandangnya. Walau banyak pemandangan lain, rasanya magnet itu begitu sayang untuk dilewatkan. Menambah ingat Allah akan nikmatNya.

Alhamdulillah juga, di dalam perjalanan atas itu,  tak kuasa kedua mata ini terpejam menahan penat jiwa. Anugerah yang tak tertahankan, dimana banyak juga penumpang lain terkulai menahan sebagian derita perjalanan ini: capek dan kantuk.

Berapa seringkah kita bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepada kita per harinya?

Bagi yang rajin akan berada di angka 165 kali atau lebih. Dengan catatan rajin berdzikir sehabis sholat wajib dengan membaca tahmid - Alhamdulillah 33 kali, selain tasbih dan takbir. Itu pun (kebanyakan) tanpa penghayatan karena sudah terbiasa sama sekali. Tapi, Alhamdulillah masih mending daripada yang hanya sambil lalu saja.

Ibn Athaillah dalam kitabnya - Al-Hikam - mendefinisikan syukur adalah sarana untuk memanfaatkan dan memelihara karunia-Nya. Hati yang bersyukur memperkuat dan memantapkan kebaikan yang ada. Orang awam mungkin hanya bersyukur saat mendapatkan kesenangan materi saja. Tetapi, orang yang dekat dengan Allah menyadari semua yang terjadi di dunia, baik itu nikmat atau musibah sekalipun akan senantiasa disyukuri. Siapa tidak mensyukuri nikmat, berarti menginginkan hilangnya. Dan siapa mensyukurinya, berarti telah secara kuat mengikatnya.

Allah Ta`ala berfirman : Maka makanlah yang halal lagi baik dari rizki yang telah diberikan Allah kepadamu dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (Q.S An-Nahl [16] : 114)

Bersyukur merupakan ibadah paling mudah, tetapi sangat sedikit orang yang menyadari dan melakukannya. Hanya hamba yang benar-benar beriman yang bisa mensyukuri setiap nikmat dan rizki yang telah Allah berikan. Sekecil apapun itu, jika kita bersyukur maka nilainya akan tinggi di mata Allah Ta`ala. Kita bisa menghirup udara segar, tangan kita bergerak melakukan apa saja yang kita mau, mata kita bisa melihat dengan jelas, kaki kita bisa berjalan dan tubuh kita tegap tanpa takut terjatuh, perut kita bisa mencerna makanan dengan tidak memuntahkannya, telinga kita masih bisa mendengar, itu semua nikmat dari Allah.

AllahTa’ala berfirman: Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nahl 18)

Hati yang selalu ikhlas, ridla dengan takdir-Nya, lisan yang selalu ringan mengucap syukur dan berakhlaqul karimah terhadap sesama manusia merupakan bentuk nyata dari mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Orang yang senantiasa bersyukur kepada Allah, qana’ah, selalu mengambil hikmah terhadap segala permasalahan, maka hidupnya akan tentram, pikirannya tidak cemas, hatinya selalu bersih dari kesombongan dan kekufuran. Tetapi sebaliknya, orang yang tidak mau dan lupa bersyukur maka Allah akan mencabut nikmat yang telah diberikan-Nya dan mengganti dengan siksa yang pedih. Naudzubillahi min dzalik.

Janji Allah tak akan luput seperti pada surat Q.S Ibrahim [14] : 7, Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

Oleh karenanya, perlu disadari jika kita bersyukur maka keimanan kita bertambah, ilmu kita bertambah, harta kita bertambah, amal kita bertambah. Bersyukur bukanlah hal sulit. Bersyukur bukanlah hal remeh yang mesti kita tinggalkan. Tapi sebaliknya harus kita tingkatkan, walau banyak yang lupa meninggalkannya. Karenanya ingatlah: “Fabiayyi Aalaa’i Robbikumaa Tukadz-dzibaan - Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang (bisa) kamu dustakan?”
Oleh: Faizunal
from : http://www.ldii.or.id/in/n/1076-sudah-bersyukur-hari-ini.html

Rabu, 01 Mei 2013

IBU



ibu
Baru sekarang terasa ada ‘sesuatu’ kepada Ibuku. Saya perhatikan seolah kami berdua berlomba berbuat kebaikan. Ketika saya berbuat satu kebaikan, Ibu malah lebih baik lagi kepadaku, dengan berpuluh-puluh kebaikan. Sikapnya melebihi seperti kepada bukan anaknya. Hingga akhirnya saya merasa kalah; kapan saya bisa membalas kebaikannya, kalau terus-menerus Ibu selalu berbuat baik dan baik kepadaku? Padahal seharusnya sayalah yang paling berkewajiban untuk melakukan itu semua – birrul walidain. 
Ketika pulang kampung, selalu saja Ibu menyediakan makanan enak kesukaanku waktu kecil.Blenyik (semacam bergedel terbuat dari campuran ketela dan kelapa) dan ingkung (ayam utuh) selalu disediakan. “ Ini untukmu,” katanya. Harusnya sekarang waktukulah untuk menyediakan makanan yang sehat buat Ibuku. Kala dia butuh asupan untuk memelihara kebugaran tubuhnya yang sudah renta. Tapi ini malah sebaliknya. Ketika saya tolak, dengan lembutnya ia menjawab; “Ibu senang, kamu sudah bantu Ibu selama ini. Dan ini sedikit yang bisa Ibu berikan. Makanlah.”  Aku pun terkesima, harus bagaimana lagi selain menerima dan mensyukurinya. Rasanya seperti mitra dagang. Jauh di relung hati, tertambat nelangsa, apalagi kalau mengilas balik kisah – kisah istimewa akan hal ini. Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib adalah seorang yang terkenal sangat berbakti kepada ibunya, sampai-sampai ada orang yang berkata kepadanya, " Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibumu, akan tetapi kami tidak pernah melihatmu makan bersama ibumu." Beliau menajawab, "Aku takut kalau-kalau tanganku mengambil makanan yang sudah dilirik oleh ibuku. Sehingga aku berarti mendurhakainya." (Diambil dari kitab Uyunul Akhyar karya Ibnu Qutaibah). Masih terngiang di dalam ingatan, kalau Ibu suka memberikan bagian-bagain makanan yang terenak kepada anaknya, untuk menghindari rebutan dan keributan.  Dan sebenarnnya Ibu pasti menginginkan makanan enak itu, tapi ia mengalah. Rela berbagi dan memilih makan makanan sisa yang ditolak anak-anaknya. Bahkan, makanan yang tidak enak pun dia bilang enak, sangat eunak, agar anaknya mau memakannya, mencontohnya.  Ohh, Ibu..! I missed U.

Dan ketika di ujung telepon engkau bertanya; “Gak ada rencana pulang?” Berarti itu sebenarnya perintah untuk pulang. Sayang aku selalu beralasan dengan kesibukan-kesibukan, acara demi acara dan pertemuan ke pertemuan sehingga engkau pun ‘sepertinya’ mafhum adanya. Padahal buat Ibu itu hal sederhana; bertemu dengan wajah anaknya dan cucu-cucunya. Namun justru sekarang berhadapan dengan wajah-wajah kesibukan, topeng-topeng acara, dan rupa-rupa meeting yang abstrak buatnya. Namun, ia mencoba memahami zaman dan segala rupa dinamikanya. Betapa bersalahnya aku, tidak menjawab panggilan itu dengan tepat. Malah, aku hanya minta doa agar semua diberi kelancaran dan kebarokahan. Tidak seperti Haiwah bin Syuraih, seorang ulama besar, yang suatu hari ketika beliau sedang mengajar, ibunya memanggil. "Hai Haiwah, berdirilah! Berilah makan ayam-ayam dengan gandum." Mendengar panggilan ibunya beliau lantas berdiri dan meninggalkan pengajiannya . (Diambil dari al-Birr wasilah karya Ibnu Jauzi). Masih jauh panggang dari apinya.
Bahkan, kala mendengar kabar sakit Ibupun, masih terus sibuk dengan urusan kerja dan kerja. Seraya dengan mudah bibir ini berkata;”Sudah dibawa ke dokter kan? Ke rumah sakit saja?” Duh, anak macam apa aku ini. Begitu ringannya berkata seperti itu, hanya alasan jarak dan waktu. Dan diri ini tersiksa karenanya. Bertolak belakang dengan Kahmas bin al-Hasan at-Tamimi. Suatu ketika ia melihat seekor kala jengking berada dalam rumahnya, beliau lantas ingin membunuh atau menangkapnya. Ternyata beliau kalah cepat, kalajengking tersebut sudah masuk ke dalam liangnya. Beliau lantas memasukkan tangannya ke dalam liang untuk menangkap kala jengking tersebut. Beliaupun tersengat kala jengking. Melihat tindakan seperti itu ada orang yang berkomentar, "Apa yang kau maksudkan dengan tindakan seperti itu?"
Beliau mengatakan, "Aku khawatir kalau kala jengking tersebut keluar dari liangnya lalu menyengat ibuku." (Diambil dari kitab Nuhzatul Fudhala’). Ibu, berikan aku kesempatan untuk menjagamu. Maafkanlah anakmu.

Di dalam bebal memori otak anakmu ini, masih terngiang keinginan-keinginan Ibu. Walau itu datang samar dan sendu, deburnya masih jauh belum berlalu. Terekam nian dalam kalbu. Terngiang kencang di telingaku. Aku bisa merasakannya, namun tidak semua bisa aku penuhi. Walau sudah beribu kali aku mohon pertolongan Ilahi Robbi dan usaha kanan-kiri. Semoga cukup waktu untuk semua itu. Dan kemampuan ada bersamaku. Memang tidak seperti cerita Muhammad bin Sirrin yang mengatakan, di masa pemerintahan Ustman bin Affan, harga sebuah pohon kurma mencapai seribu dirham. Meskipun demikian, Usamah bin Zaid membeli sebatang pohon kurma lalu memotong dan mengambil jamarnya (bagian batang kurma yang berwarna putih yang berada di jantung pohon kurma). Jamar tersebut lantas beliau suguhkan kepada ibunya. Melihat tindakan Usamah bin Zaid, banyak orang berkata kepadanya, "Mengapa engkau berbuat demikian, padahal engkau mengetahui bahwa harga satu pohon kurma itu seribu dirham." Beliau menjawab, "Karena ibuku meminta jamar pohon kurma, dan tidaklah ibuku meminta sesuatu kepadaku yang bisa kuberikan pasti ku berikan." (Diambil dari sifatush shafwah) Banyak yang bisa aku berikan, sebenarnya, tetapi aku belum bisa melakukannya. Jiwa ini masih berhitung dengan prioritas-prioritas yang bahkan dibuat-buat, hingga mengalahkan prioritas Ibu. Oh, betapa bodohnya aku.

Dalam hening malam bisu, dalam nestapa anak manusia dan pada waktu yang tersisa, aku selalu berdoa untuk kebaikanmu Ibu. Masih banyak yang belum bisa saya lakukan, banyak yang masih harus saya kerjakan, semoga aku bukan menjadi anak yang durhaka. Melalui dirimulah aku lahir ke dunia, atas jasamulah aku bisa seperti sekarang dan kepadamulah aku punya kewajiban hak, semoga engkau bisa menerimanya. Ridha robbi biridhal walaadi.  Dan semoga Allah berkenan memberi hidayah kepadamu. Itulah harapan terakhirku. Amin. (pf)

Sumber : http://www.ldii.or.id/in/n/1120-ibu.html?joscclean=1&comment_id=4449#josc4449

Senin, 29 Oktober 2012

CINGKRANG (CELANA NGATUNG DIATAS MATA KAKI)

Semakin hari, rasanya semakin banyak orang yang bercelana cingkrang atau ngatung. Maksudnya memakai celana panjang tetapi di atas mata kaki, tidak melewati ke dua mata kaki. Di bilangan Kebayoran Lama misalnya, banyak remaja – remaja berseragam dengan celana cingkrang. Demikian juga di seputar Blok M. Atau juga yang sering saya lihat di sekitar BSD - Muncul. Mereka memang rata – rata anak – anak sekolahan, baik SMP maupun SMA. Di tempat – tempat umum juga sama. Rupanya kesadaran berbusana yang benar sudah mulai dimengerti. Dugaan saya kalau di sekolahan memang akan lebih gampang, jika itu diterapkan sebagai aturan sekolah. Di luar institusi tentu akan berbeda, kecuali memang mempunyai pemahaman yang benar tentangnya.
Beberapa minggu yang lalu saya sibuk memendekkan celana. Ada dua potong celana saya yang saya kirim ke penjahit untuk dipendekkan. Bukan celana baru sih, tetapi celana yang sempat membuat saya risih. Sampai – sampai seorang teman berseloroh, “Sudah tua kok masih nambah terus tingginya ya Mas? Bukannya biasanya tumbuhnya ke samping? Tapi kok celananya dipendekin lagi.” Saya hanya mesem menanggapinya.

Ceritanya, itu celana memang sudah di atas mata kaki. Berhubung lingkar pinggang menyusut, setiap kali pakai selalu mlorot. Daripada repot – repot terus ngurusi celana (mengangkat dan menyingsingkan celana), maka keluarlah inisiatif dipendekkan saja. Sebenarnya waktu bikin dulu sudah dibuat di atas mata kaki, tetapi kenapa penjahitnya ketakutan kalau salah, hasilnya ngepress banget. Pas di atas mata kaki. Baru sekarang setelah dipotong lagi, nyaman pakainya. Meminjam istilah quran: hanii’an marii’a. Nggak segitunya…kali! Yah saking bahagianya, bercelana cingkrang.

Walau sudah bertambah banyak peminatnya, sejatinya masih banyak yang belum tahu atau keberatan dengan model cingkrang ini. Untuk itu, kali ini saya mencoba untuk menyajikan kembali dasar hukumnya. Dan sepanjang hemat saya inilah yang menjadi kendala khalayak.

Dari Ibnu Umar ra, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Barangsiapa memanjangkan pakaiannya karena sombong, maka Allah tidak akan melihatnya kelak di hari kiamat.” Kemudian Abu Bakar ra bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya sarungku melebihi mata kaki, kecuali aku menyingsingkannya.” Lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab, “Kamu bukan termasuk orang yang melakukan hal itu karena sombong.” (HR. Al-Bukhari dan sebagiannya diriwayatkan Muslim)

Hadits ini yang banyak dijadikan hujjah untuk boleh bercelana nglembreh; yang penting tidak sombong. Padahal kalau mau lebih cermat lagi, kunci hadits di atas adalah perkataan Abu Bakar menyingsingkan. Namun kalau masih bersikukuh asal tidak sombong bolehlah. Daripada bertengkar, coba kita tengok yang satu ini.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: "Suatu ketika ada seseorang shalat dengan memanjangkan kain sampai di bawah mata kaki. Maka Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepadanya, "Pergilah dan berwudhulah." Lalu ia pergi dan berwudhu. Kemudian ia datang dan Nabi bersabda, "Pergilah dan berwudhulah." Kemudian ada seorang laki-laki bertanya kepada beliau, "Ya Rasulallah, kenapa Anda menyuruhnya untuk berwudhu lalu Anda diamkan?" Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallammenjawab, "Karena ia shalat dengan memakai kain sampai di bawah mata kaki; Sesungguhnya Allah tidak akan menerima shalat seseorang yang memakai kain sampai di bawah mata kaki." (HR. Abu Dawud dengan isnad Shahih sesuai syarat Muslim)

Nah, kalau sholatnya tidak diterima karena celana nglembreh, terus bagaimana? Padahal semua tahukan, sholat adalah amalan paling pol dan pertama ditanya nanti di hari Qiyamat. Gara – gara kita memakai pakaian nglembreh terus sholat gak diterima, wassalam sudah. Bagi yang penasaran boleh juga membaca komentar Imam al-Buwaithi dari al-Syafi’i dalam Mukhtasharnya. Ia berkata, “Isbal dalam shalat maupun di luar shalat karena sombong dan karena sebab lainnya tidak diperbolehkan. Ini didasarkan pada perkataan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada Abu BakarRadhiyallahu 'Anhu.” Wuih teges banget imam ini. Di sudut sana ada yang berkilah, kan kalau sholat dilinting (dinaikkan) celananya? Baik, kita baca yang satu ini.

Dari Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,"Kain (sarung/pakaian) seorang muslim adalah sampai pertengahan betis. Dan tidaklah berdosa jika ada di antara betis dan dua mata kaki. Adapun yang sampai di bawah kedua mata kaki, maka ia berada di neraka. Siapa yang menjulurkan kainnya di bawah mata kaki dengan sombong, maka Allah tidak akan melihatnya." (HR. Abu Dawud dengan isnad shahih)
Berhubung hadits ini masih ada kata – kata sombong, maka terkesan kurang afdhol. Karena akan mirip dengan yang atas. Sekarang kita simak yang singkat ini.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda,"Apa-apa yang berada di bawah mati kaki itu berada dalam neraka." (HR. Al-Bukhari).

Nah, kalau tiga hadits ini belum menyentuh hati, ya sudah. Gak apa – apa. Hidup adalah pilihan, dalam arti semua nanti akan dipertanggungjawabkan masing – masing. Tidak perlu kita geger masalah cingkrang ini, cukup tahu sama tahu. Kalau mau mengikuti ya syukur, kalau tidak ya diri sendirilah yang menentukan.  Bahkan Imam Muslim dalah Shahihnya menerangkan dengan tegas larangan/haramnya isbal (menjulurkan kain di bawah mati kaki) ini.
"Bab: Keterangan beratnya keharaman menjulurkan kain (di bawah mata kaki;- disebut Isbal-), mengungkit-ungkit pemberian, menjual barang dagangan dengan sumpah palsu adalah tiga golongan yang mereka tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, Allah tidak akan melihat mereka dan menyucikan mereka, dan bagi mereka siksa yang pedih."

Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda: "Tiga orang yang bakal tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, Allah tidak akan melihat dan menyucikan mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih." Abu Dzar berkata, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam membacanya sebanyak tiga kali". Abu Dzar berkata, "Kecewa benar mereka dan sangat merugi. Siapakah mereka itu ya Rasulallah?" Beliau menjawab, "Yaitu orang yang menurunkan kain di bawah mata kaki (musbil), orang yang suka menyebut-nyebut pemberiannya (al-Mannan), dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu." (HR Muslim)

Yang jelas kini saya tambah gembira sebab semakin banyak orang yang bercelana cingkrang. Artinya semakin banyak orang yang tahu ilmu dan kebenarannya bahwa itu adalah aturan dan hukum islam. Bukan punyanya para ekstrimis atau teroris yang memang ketahuan pada cingkrang celananya. Tapi itu adalah sunnah untuk para pria. Dan lebih senang lagi ketika dapat menyebarkan kebenaran ini kepada yang lainnya.

Semoga Allah paring manfaat dan barokah...
Oleh : Faizunal Abdillah
from : http://www.ldii.or.id/in/nasehat-mainmenu-37/991-cingkrang.html

Jumat, 20 Juli 2012

Onani atau Masturbasi serta Ancamannya

Onani atau Masturbasi adalah perbuatan kotor yang dilakukan oleh kebanyakan anak muda, baik laki-laki maupun perempuan untuk melampiaskan nafsu syahwatnya, yaitu dengan cara mengeluarkan sperma dengan menggunakan tangan atau benda lainnya. Perbuatan ini adalah termasuk perbuatan keji, perbuatan yang melampaui batas, perbuatan yang diharamkan oleh Allah yang tidak sepantasnya dilakukan oleh orang-orang yang beriman.
Sesuai dengan Firmannya Allah :
“Dan (orang-orang yang beriman adalah) orang-orang yang menjaga farjinya, kecuali terhadpa istri-istri mereka dan budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela. Barang siapa yang mencari selain itu (istri & budak), maka mereka itu adalah orang-orang yang melampaui batas”. (QS : Al-mu’minuun : 5-7)
Dan sabda Nabi :
“Ada 7 golongan yang Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat & Allah tidak mau mensucikan (tidak mengampuni dosanya) dan Allah tidak mau mengumpulkan mereka bersama orang yang beramal kebaikan. Dan Allah akan memasukkan mereka ke neraka sebagai orang-orang yang pertama kali masuk ke neraka, kecuali bahwasanya mereka bertaubat. (7 Golongan itu ialah) Orang yang menikahi tangannya (onani / masturbasi), orang yang mengerjai & yang dikerjai (homoseks, lesbian), dan orang yang membiasakan minum arak, dan orang yang memukul kedua orang tuanya hingga meminta tolong, dan orang yang menyakiti tetangganya hingga melaknatinya, dan orang yang berzina dengan istri tetangganya” (HR. Al-Baihaqi Fii Si’abul Iman 5232)
Maka dalam hal ini jika kita, khususnya kawula muda ingin menyelamatkan diri dari perbuatan kotor tersebut, maka kita harus menjauh dari pengaruh-pengaruh negatif lingkungan atau sesuatu yang dapat mempengaruhi bergejolaknya nafsu birahi. Nafsu syahwat manusia tidak akan terusik kecuali jika ada pemicunya, seperti pengaruh dari melihat sesuatu atau mendengar sesuatu. Ketika seseorang melihat gambar-gambar porno, tarian-tarian erotis, tayangan-tayangan adegan wanita telanjang atau setengah telanjang, atau mendengarkan lagu-lagu cengeng yang berkisah tentang cinta, bisa jadi perasaan seseorang ikut hanyut, dan di sinilah nafsu birahi itu mulai terangsang.
Dalam keadaan demikian ini, tidak ada jalan lain baginya kecuali harus melampiaskan dan membebaskan dirinya dari rongrongan syahwat tersebut. Apabila tidak belum ada istri dan keimanan yang dimilikinya pun juga sangat minim, niscaya ia akan berbuat onani atau masturbasi sebagai gantinya. Nau’dzubillahi min dzalik.
Kesimpulan, orang yang mengerjakan Onani atau Masturbasi diancam akan menjadi golongan yang pertama masuk neraka tanpa dilihat oleh Allah (saking bencinya Allah). Solusi tepat untuk menghindar dari perbuatan keji ini adalah menikah. Jika belum mampu, maka berpuasalah. Minimal berusahalah untuk tidak memicu nafsu syahwat dengan banyak melakukan kegiatan-kegiatan positif. Hindarilah menyendiri & melamunkan hal-hal yang dapat memicu syahwat.
Bagi yang sudah diqodar terlanjur berbuat, silakan bertaubat & jangan putus asa, mumpung masih hidup. Karena hal ini biasanya sudah menjadi hal yang umum dikalangan kawula muda. Atau, adakah yang belum mengetahui apa itu Onani atau Masturbasi?
Ma’af, saya tidak bertanya pernah atau tidaknya saudara-saudari melakukan ini, dan memang sebaiknya ini tidak dipertanyakan. Saya cuma bertanya adakah dari kita yang tidak mengetahui apa itu Onani atau Masturbasi?
Mudah-mudahan bermanfaat. Amin…

from : http://ldii.or.id

Jumat, 18 Maret 2011

Munas LDII VII : Abdullah Syam Kembali Pimpin LDII

Di dalam tradisi Munas LDII ada satu hal yang unik, ketika parpol atau ormas suksesi adalah hal yang utama, LDII justru mengutamakan program baru memilih pemimpin yang cocok untuk program tersebut, “Kami tak ingin terjadi perebutan kepemimpinan, yang rentan menimbulkan perpecahan. Kami mengedepankan musyawaroh, di mana setiap provinsi mengajukan calon masing-masing,” ujar Chriswanto Santoso.
Seorang calon bisa maju dalam bursa pemilihan di munas. Menurut dia, minimal namanya dicalonkan oleh 30 persen DPD provinsi di seluruh Indonesia. Namun, Chriswanto mengatakan, bila ada lebih dari satu nama yang diajukan lebih dari 30 persen suara, pihaknya akan melakukan musyawarah.
Namun, imbuh Chriswanto, kalau satu nama pun tak didapat. Dipastikan dilakukan musyawaroh. Ini terjadi saat Munas 2005, Teddy Tsuratmadji bersaing dengan Abdullah Syam. Melalui musyawaroh, akhirnya diputuskan Abdullah Syam memimpin LDII.
Toh Munas ini hanya memunculkan Abdullah Syam. Di antara 22 provinsi secara tegas menyebut namanya, sedangkan 11 provinsi lainnya tak menyebut nama, hanya mengharapkan ketua yang baru melanjutkan program-program kepengurusan lama, yang dinilai masih relevan dengan dinamika sosial. “Prof Abdullah Syam didukung 66,67 persen pengurus dari 33 provinsi se-Indonesia,” kata Chriswanto Santoso.
Munas  akhirnya ditutup oleh Andi Alfian Malarangen, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Syaifullah Yusuf, Wakil Gubernur Jatim yang biasa disapa Gus Ipul, “Saya tahu LDII memiliki pengajian dari pemuda hingga anak-anak, ini memungkinkan pemebntukan generasi muda yang bermoral sebagai modal pembangunan bangsa,” kata Andi Malarangeng.
Dia berharap kegiatan positif yang ada di LDII untuk membangun generasi mendatang, dapat membantu pemerintah dalam menyiapkan kader-kader bangsa. “Saya ingin melihat LDII melahirkan atlit-atlit nasional yang mengharumkan bangsa, LDII juga menggiatkan kembali kegiatan kepramukaan. Saya pikir untuk LDII membentuk pramuka di tingkat nasional sangat mudah,” kata Andi Mallarangeng.
Sebelumnya, Gus Ipul sangat terkesan dengan program LDII untuk membentuk generasi yang profesional  religius, “Dengan demikian pemerintah memiliki tempat untuk bertanya dan berdiskusi, sehingga apa yang dibuat pemerintah memiliki sandaran moral,” begitu kata Gus Ipul. Antara LDII dan pemerintah adalah mitra. LDII dapat mengingatkan bila kebijakan pemerintah tak sesuai dengan nilai-nilai religius.
Ini memang jalan panjang. Kalau Indonesia diserahkan ke tangan-tangan generasi yang profesional religius. Niscaya Indonesia akan berada di barisan depan dalam peradaban dunia. Menjadi panutan terciptanya masyarakat yang sejahtera, demokratis, berkeadilan, dan bermartabat.

Sabtu, 11 September 2010

Mencari Pahala Puasa Setahun

Puasa Ramadan 1431 H baru saja selesai. Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Alloh SWT karena hanya dengan karuniaNya kita dapat lulus melewati berbagai cobaan dalam menjalani puasa Ramadan. Semoga Alloh menjadikan kita sebagai golongan yang memperoleh kemenangan dan ampunan.
Sebagai umat Islam dengan kefahaman agama yang tinggi, seharusnya semua gerak kehidupan kita sehari-hari diarahkan untuk dapat menghasilkan tabungan pahala yang sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu, kita seharusnya selalu membiasakan menyambung satu amal ibadah dengan amal ibadah lainnya. Dengan kata lain disela-sela kesibukan hidup sehari-hari yang dijalani, kita harus selalu berusaha setelah selesai melaksanakan satu kebaikan kemudian disambung atau dilanjutkan dengan amal kebaikan yang lain. Alloh SWT. di dalam Al-Qur’an telah berfirman: “Maka apabila kamu telah selesai (dari satu urusan) kerjakanlah dengan sungguh (urusan ibadah) yang lain.” (QS. Alam Nasroh:7).
Puasa Ramadan telah diselesaikan dan kedatangan bulan Syawal disambut dengan suka cita, sebagai bentuk kesyukuran atas keberhasilan dalam menjalankan amal ibadah puasa Ramadan. Kembali pada pokok bahasan menyambung kebaikan, dalam bulan Syawal telah disediakan amal ibadah yang siap untuk dipraktekkan umat Islam jika ingin menyambung kebaikan setelah puasa Ramadan. Dibanding amal ibadah yang dikerjakan, sungguh besar pahala yang disediakan oleh Alloh bagi orang yang mau mengerjakan.
Di dalam hadits diriwayatkan Rasulalloh SAW bersabda: “Barang siapa yang berpuasa Ramadan kemudian mengikutkan puasa enam hari di bulan Syawal, dia seperti orang yang berpuasa selama satu tahun” (HR. Shohih Muslim dalam Kitabu Shoum). Dari hadits tersebut tersirat betapa besarnya pahala seorang Muslim yang sukses menyelesaikan berpuasa Ramadan satu bulan penuh dan menyambungnya dengan berpuasa enam hari selama bulan Syawal. Karena bagi kaum muslimin yang mampu menyambung puasa Ramadan dengan puasa enam hari di bulan Syawal disediakan pahala sebagaimana orang yang berpuasa selama satu tahun penuh.
Barangkali kita bertanya bagaimana logikanya? Menurut perhitungan manusia, puasa di bulan Ramadan (30 hari) ditambah puasa di bulan Syawal (6 hari) seharusnya total puasa hanya 36 hari. Namun demikian, bagi Alloh ternyata perhitungan manusia tersebut tidaklah berlaku. Menurut keterangan, puasa Ramadan (30 hari) plus puasa di bulan Syawal (6 hari) – total 36 hari; dikalikan dengan kelipatan 10 untuk setiap kebaikan yang dilakukan maka 36 hari x 10 = 360 hari atau sama dengan satu tahun. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits dari Sauban maula Rasulalloh dari Rasulalloh SAW, beliau bersabda: “Barang siapa yang puasa enam hari setelah Iedul Fitri baginya sempurna puasa satu tahun.” Berdasarkan firman Alloh:“Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya pahala 10x lipat dari amalannya” (ket. QS. Al-An’am:160) (HR. Ibnu Majah dalam Kitabu Shoum).
Pertanyaannya, lantas bagaimana teknis pelaksanaannya? Untuk mendapatkan pahala puasa setahun, pelaksanaannya dapat dilakukan dengan berbagai strategi, tergantung bagaimana yang mudah bagi masing-masingnya.
Sebagai contoh: karena puasa Ramadan telah dijalani secara penuh maka hanya pas hari Iedul Fitri (tgl. 1 Syawal) tidak berpuasa dan langsung dilanjutkan dengan enam hari (tgl. 2-7 Syawal) berpuasa. Contoh lain: setelah penuh berpuasa di bulan Ramadan, ada yang masih ingin menikmati hari-hari tidak berpuasa selama bersilaturrahim, maka puasa enam harinya tidak dilakukan di awal bulan Syawal tetapi dapat dilakukan kapan saja selama dilengkapkan enam hari di bulan Syawal.
Bagi yang sempat mokel (tidak berpuasa) selama beberapa hari di bulan Ramadan karena alasan yang dibenarkan oleh agama, maka hari-hari tidak berpuasanya tersebut tentu saja harus diganti. Untuk itu, selama bulan Syawal, dapat dipraktekkan berpuasa sehari yang diniatkan untuk memulai mengganti puasa wajibnya (puasa Ramadan yang ditinggalkan) dan dilanjutkan dengan niat berpuasa selama enam hari di dalam bulan Syawal. Selanjutnya, kekurangan puasa Ramadannya dapat diganti di bulan Syawal juga atau di bulan-bulan lainnya. Dan berbagai variasi dari contoh tersebut, yang penting bahwa berpuasa enam harinya harus dilakukan selama bulan Syawal. Memakai tag-line kampanye Pemilu beberapa tahun lalu, tentu saja “Lebih cepat – lebih baik.”
Ayo siapa mau mendapat pahala berpuasa selama satu tahun? Kalau kita ingin mendapatkan imbalan pahala yang sedemikian besar dari ibadah berpuasa kita, ayo menyambung puasa Ramadan dengan puasa enam hari di bulan Syawal. Semoga Alloh memberikan kesempatan dan kemampuan bagi kita semua untuk meraih pahala puasa setahun penuh. Amiin 313x.

(Materi Dakwah bil Qolam dari Bagian Dakwah, DPD LDII Kota Bogor – September 2010)

Rabu, 28 Juli 2010

ARTI SEBUAH KEBAIKAN



Janganlah anda pernah sungkan untuk berbuat baik, karena suatu kebaikan yang sepele dapat membawa kebahagiaan. Hal ini dapat kita simak dalam kisah Dr. Howard Kelly.

Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa sekeping uang, dan ia sangat lapar.

Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air.



Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar, oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu. Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, “berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini ?” Wanita itu menjawab: “Kamu tidak perlu membayar apapun”. “Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan” kata wanita itu menambahkan. Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata : “Dari dalam hatiku aku berterima kasih pada anda.”
Belasan tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter dikota itu sudah tidak sanggup menanganinya. Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut. Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokter Kelly. Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit, menuju kamar si wanita tersebut.

Dengan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si wanita itu. Ia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu, Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita itu.

Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan. Wanita itu sembuh! Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk persetujuan. Dr. Kelly melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien. Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwa ia tak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus dicicil seumur hidupnya. Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatuannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut.

Ia membaca tulisan yang berbunyi, “Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu..” (Tertanda), Dr. Howard Kelly.

Air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Ia berdoa: “Tuhan, terima kasih, bahwa cintamu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia.

Oleh:http://ldiipondokkediri.wordpress.com

Jumat, 16 Juli 2010

KEMERIAHAN BAZAAR

Alhamdulillah pada hari sabtu tanggal 03 Juli 2010 yang lalu telah dilaksanakan Acara Bazaar dan Imtihan MDTA Al-Muhajirin dengan lancar dan sangat meriah. Ini terwujud atas kerjasama DPD LDII Kabupaten dan Kota Tasikmalaya dengan Yayasan Al-Muhajirin, Forum Muda-mudi Al-Muhajirin, dan MDTA Al-Muhajirin beserta para aghnia, pengusaha dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.




















Atas nama panitia Bazaar dan Imtihan MDTA Al-Muhajirin
kami ucapkan terima kasih kepada seluruh donatur yang telah membantu kelancaran acara ini
juga kami ucapkan terima kasih kepada :

DPD LDII Kota dan Kabupaten Tasikmalaya
Pengurus Yayasan Al-Muhajirin
DKM Al-Muhajirin
Saung Jembar
Fersia 313
Toko Hendra
CV. Harapan Sukses
Super Bubur
Stand Utara 1
Stand Utara 2
Stand Kudang Uyah
Stand Pabrik Es
Stand Selatan
Stand Timur
Cikopo
Stand Fersia313
Stand RM. Pepesan Jembar
Stand Sate Bandeng dan Empal Gentong Hj. Sutisna
Stand Toko Hendra
Stand Dadan Cell
Stand Kesehatan Bidan Andini
Stand Mie Ayam Gamapat Mas Fakih
Stand Tahu Birintik Mas Cepi
Stand Acsessories dan kerudung Ayi Rona
Stand Heru Kalapanunggal
Stand Alat Tulis Bapak Pardi

serta semua pengunjung dan berbagai pihak yang telah membantu
sehingga acara dapat berjalan dengan lancar dan meriah

terima kasih
Alhamdulillah Jazakumullohu Khoiro